Teman saya yang lain adalah Mr Pri, pemilik Kost dan pengelola sebuah cafe yang unik di JOgja. Kebetulan di kost saya ini, lantai 1nya adalah hotel, bagian depannya adalah cafe dan lantai 2 adalah kamar kost. Jadi kalau mau nongkrong tidak perlu jauh-jauh.
Masalah Lukisan sebenarnya saya sendiri kurang berkompeten untuk memberikan komentar, jadi dalam perbicanganan itu, saya hanya berkomentar seperlunya saja.
Nah, mungkin anda penasaran mengapa lukisan harus digoreng supaya harganya menjadi mahal…???
Sebut saja Mr. Eric, seorang pemilik sebuah merk pakaian ternama di negeri ini, yang juga adalah seorang kolektor lukisan yang sudah mempunyai nama besar, bahkan sampai ke manca negara.
Mr. Eric ini pernah menceritakan proses sampai seorang lukisan seorang pelukis bisa dihargai begitu mahal. Mr. Eric menyebut prosesnya dengan “Menggoreng Lukisan”.
Misalnya saja, Mr. Teddy adalah seorang pelukis. Nah, adalah sebuah rumah lelang untuk menjual lukisan, sebut saja Rumah Lelang XXX. Untuk dapat masuk masuk ke rumah lelang ini, sebuah karya tentu saja tidak sembarangan. Setidaknya harus melewati kriteria tertentu. Kemudian Mr. Teddy dan Mr. Eric ini kemudian memasukkan lukisan Mr. Teddy ke rumah lelang XXX. Semua orang tahu bahwa Mr. Eric adalah seorang kolektor lukisan mengerti mengenai jiwa dan roh sebuah lukisan. Sehingga semua komentarnya dianggap sebagai sebuah standar dalam menentukan nilai sebuah lukisan.

Memang sebuah karya seni akan sangat bernilai bahkan nilainya akan menjadi sangat tak terukur mana kala karya seni tersebut disukai. Dan nilainya memang tak lepas dari sebuah gengsi dan juga apresiasi orang dari karya seni itu sendiri.
Untuk, saya sendiri, saya biasanya hanya bisa memahami lukisan yang bergaya naturalis, nah kalau sudah lain gaya, saya sendir malah bingung bagaimana cara melihat nilai estetikanya.
Dalam artikel ini, saya juga tampilkan lukisan karya seorang teman, Pelukis Hardy (Ketua Umum Seniman Indonesia Anti Narkoba). Mudah-mudahan teman-teman pembaca suka melihatnya.
mirip konspirasi ya, heheee...
BalasHapusWah kalo aq gak bisa nglukis tp kalo lht lukisan aq paling suka.
BalasHapusMet mlm sob,aq datang untk berkunjung balik sekalian follow blog mu.Lam knl ya
baru tau nih saya istilah lukisan yang di goreng :)
BalasHapuskunjungan perdana juga
BalasHapussalam kenal
perisi.... numpang baca artikek
BalasHapus@Cantiqi : yup....konspirasi yang saling menguntungkn
BalasHapus@Wing Sikampuh :thanks lae...
BalasHapus@7taman langit,masjid kita,Adryan87 : thanks buat kunjungannya.salam hangat
BalasHapusdlu aq pernah jual lukisan karya sudjoyono...
BalasHapusmalah lagi ngerti lukisan goreng
ga selalu kok bro. harga lukisan di lelang kebanyakan malah jauh di bawah harga pameran. lukisan gorengan cuma akan naik sesaat dan ga bakalan bertahan harganya. beda dengan yang kenaikan harganya wajar, makin lama akan semakin mahal
BalasHapusPostingan yang informatif, Mas.
BalasHapussalam kenal.
@Batik Bayat : begitulah
BalasHapus@Rawins : Lukisan yang biasa dipamerkan memang pelukisnya biasnaya sudah punya nama.
@Yeyesasa:thanks buat kunjungannya
@ALl: salam
Saya tunggu tulisannya, Teman. Yuk menulis lagi!
BalasHapusoh gitu tha mas,aq baru tau bisa bantu nawarin lukisanku mas?thanks atas infonya..
BalasHapusinti dr semua hal ya itu bro..makanya yg ptg belajar memasak..biar bs ngGoreng...hehe...
BalasHapus